Ekspedisi Gunung "TRETES"
Disanalah Kami Bermula
@Masjid Almu'alimin Ngembong
Part II
Terdengar
suara merdu adzan ashar di masjid Almu’alimin Ngembong, merupakan salah satu
masjid terbesar di Selogiri. Yap..tepat sekali, itu menandakan kami masih stay
di Ngembong. Perencanaan yang sangat matang gagal di awal keberangkatan kami.
Keberangkatan yang di jadwalkan pukul 14.00 dari Ngembong kampung tercinta,
mundur hingga pukul 15. 30, semua itu
karena faktor (e). eMmolor...kita bahas sejenak faktor (E), sambil nunggu yang
lainnya datang. Menurut beberapa pakar:
- "Orang Jepang bilang” Molor itu tradisi nenek moyang Indonesia, orang Jepang selalu molor dalam memberikan konsumsi untuk para Romusa, katanya hari ini ternyata lusa. Masihkah kita budayakan Molor! tidakkah ingat tetes keringat darah airmata mereka.
- "Kata Rajawali TV” Molor itu Indonesia banget.
- "Menurut Tatang Sutarman” kata molor itu ngga ada dalam kamusnya, berarti kamusnya ngga lengkap.
Setelah
semuanya terlihat berkumpul, kamipun mulai meninggalkan kampung tercinta.
15.30 : Start @Dusun Ngembong
Jarak dari Ngembong menuju
Ngringin kurang lebih 15-20 menit perjalanan, baik menggunakan kendaraan roda
dua maupun roda empat. Medan perjalanan menuju lokasi lumayan ekstrim, hal
tersebut dirasakan setelah memasuki dusun Susukan, tebing yang cukup dalam
tampak di salah satu sisi jalan menuju Ngringin. Hal tersebut diperparah dengan
kondisi jalan cor yang tampak tidak terawat, dengan lubang menganga di beberapa
tempat, ditambah lagi dengan jalan yang berkelok-kelok, sehingga menyulitkan
pengendara untuk melewatinya. Ya begitulah kondisinya, Indonesia banget.
Tempat penitipan kendaraan belum
ada, dikarenakan memang G. Tretes belum dikelola dinas terkait sebagai obyek
wisata. Tapi jangan khawatir, masyarakat Ngringin sangat welcome terhadap para
pendatang. Mereka memberikan rumahnya atau pekarangannya untuk dijadikan tempat
parkiran secara cuma-cuma alias gratis. Akan tetapi alangkah terpujinya apabila
kita memberikan bingkisan ataupun sembako sebagai penghargaan atas keramah
tamahan mereka. Pada waktu itu kami menitipkan motor kami di rumah Ibu Ani,
yaitu kepala dusun setempat. Sosok Ibu sekaligus pemimpin yang pekerja keras
dan penuh dedikasi terhadap keluarga dan lingkungannya.
Jarum pendek
jam menunjukkan tepat di angka 4, sedangkan jarum panjang menunjukkan di angka
3, itulah waktu keberangkatan kami dari kaki G. Tretes jalur pendakian I. Di
awal pendakian kami disambut dengan batu besar dengan pohon bambu yang rimbun di
salah satu sisinya, yang mengharuskan kami membungkukkan badan untuk
melewatinya. G. Tretes sebenarnya sudah akrab di telinga kami, tua, muda bahkan
anak kecil, tidak sedikit yang berhasil mencapai puncaknya. Tidak sedikit dari
kami yang sudah pernah sampai di puncaknya. Pada masa jayanya
G. Tretes sering didaki oleh berbagai kalangan, baik organisasi pemuda, forum
TPQ, sekolah-sekolah, ataupun instansi pemerintah lainnya.
16.15 : Start @ Dusun Ngringin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar