AKUN SOSMED

16 Apr 2015

Ekspedisi Gunung Tretes Part III

Ekspedisi Gunung “TRETES”
Disanalah Kami Bermula

Part III

15 Menit perjalanan tanpa rintangan yang berarti, tibalah kami di pos I. Pos sumber air sudah dekat, tidak sedikit warga yang menggantungkan dengan sumber air tersebut. Di pos inilah para pendaki biasanya mengisi ulang botol air minum mereka, biasanya mereka yang lebih memilih berjalan kaki mulai dari jalan raya (Krisak). Lama perjalanan kaki dari Krisak kurang lebih 5-6 jam, apabila jalan kaki dari dusun Ngembong dapat di tempuh kurang lebih 4-5 jam. Untuk ekspedisi kali ini kami memutuskan untuk menaiki motor hingga kampung terakhir pendakian.

16.30 : @ Pos I (Sumber Air Sudah Dekat)

Kondisi terakhir G. Tretes sangat tidak terawat, karena memang tidak terjamah lagi oleh banyak manusia, hanya segelintir orang saja. Faktor tersebutlah yang mendorong kami untuk melakukan ekspedisi, disamping memang kami sangat merindukan akan keindahan dan keasrian G. Tretes. Kami menamakan ekspedisi tersebut dengan sebutan “Ekspedisi Babat Alas”, mengapa demikian? Karena perjuangan kami untuk mencapai puncaknya tidaklah mudah. Banyak cobaan dan rintangan yang kami hadapi, mulai dari jalan yang sudah tertutup semak dan pohon ilalang, pohon tumbang yang menghalangi jalan, berjalan merangkak kesana-kemari, jalan yang tingkat kemiringannya hampir 90 derajat (film 5 cm), hingga nyasar yang mengharuskan kami kembali memutar, akan tetapi hal tersebut tidak menyurutkan langkah kami.

                Fauna dan flora di G. Tretes tidak banyak seperti dahulu kala, ulah tangan-tangan tidak bertanggung jawablah yang patut dipersalahkan, Indonesia banget. Dahulu kala G. Tretes identik  dengan rotan dan sumber air tretesnya. Hampir setiap orang membawa rotan ketika pulang dari mendaki, akibat eksploitasi berlebihan tersebutlah kini tidak lagi dapat dijumpai. Burung kutilang bernyanyi by Dhea Ananda pun jarang kami temui, di pucuk pohon cempaka sekarang tidak lagi terlihat, yang bersiul-siul sepanjang hari bukan lagi burung, akan tetapi gerombolan monyet yang wira-wiri kesulitan mencari makan. Sedikit merinding mendengar suara monyet yang bersahut-sahutan, terlintas terfikirkan film Planet of the Apes, bagaimana jadinya apabila benar-benar terjadi. Ah..tidak mungkin, monyet kan nenek moyang manusia. Tunggu dulu, itu kata pak Darwin dalam bukunya The Descent of Man dan itu hanya teori, ingat sekedar teori, bukan fakta ilmiah, masihkah kita percaya.

Tepat pukul 17.30 wib, sampailah kami di pos III, setelah sebelumnya sempat beristirahat sejenak di pos II, sekitar 30 menit sebelumnya. Pos III merupakan pos terakhir dimana sumber air yang menetes tes tes berada. Leader kami memutuskan untuk menginap di pos terakhir, yang semula berencana akan bermarkas di puncak. Hal tersebut dikarenakan hari yang sudah beranjak petang, sangat membahayakan apabila dilanjutkan untuk mendaki. Akan tetapi tidak mengapa, justru banyak keuntungan yang kami dapatkan, selain suhu yang relatif hangat karena bentuk pos yang seperti gua, kami juga dapat minum sumber air tretes sepuasnya.


 17.30 : @Pos III (Air Tretes dan Goa)

Kumandang adzan maghrib sayup-sayup terdengar dari kaki gunung, membuat kami merasakan kebahagiaan yang tiada taranya. Bulan sudah tidak sabar menunjukkan batang hidungnya, kamipun bersegera membuat base camp, sebagian ada yang mendirikan tenda, mencari kayu dari robohan pohon untuk perapian, ranting dedaunan untuk alas, dan menempatkan botol-botol di tetesan sumber air. Setelah semuanya dirasa cukup, kamipun melaksanakan shalat magrib dan bersiap memasak dengan bekal seadanya. Betul sekali, mie instan merupakan menu andalan bagi para pendaki. Makan malam kami terasa nikmat karena disantap bersama di iringi suara jangkrik, di haisi cahaya lampu perkotaan yang terlihat dari base camp, dan sesekali di temani sepoy-sepoy angin malam. Malam yang benar-benar hebat, kami semua menikmati kebersamaan yang jarang-jarang kami rasakan.

19.00 : @Menu MieAbon HuhHah Ala Chef Gondo

Read more ...

Ekspedisi Gunung Tretes Part II

 Ekspedisi Gunung "TRETES"
Disanalah Kami Bermula


@Masjid Almu'alimin Ngembong

Part II

Terdengar suara merdu adzan ashar di masjid Almu’alimin Ngembong, merupakan salah satu masjid terbesar di Selogiri. Yap..tepat sekali, itu menandakan kami masih stay di Ngembong. Perencanaan yang sangat matang gagal di awal keberangkatan kami. Keberangkatan yang di jadwalkan pukul 14.00 dari Ngembong kampung tercinta, mundur hingga  pukul 15. 30, semua itu karena faktor (e). eMmolor...kita bahas sejenak faktor (E), sambil nunggu yang lainnya datang. Menurut beberapa pakar:
  • "Orang Jepang bilang” Molor itu tradisi nenek moyang Indonesia, orang Jepang selalu molor dalam memberikan konsumsi untuk para Romusa, katanya hari ini ternyata lusa. Masihkah kita budayakan Molor! tidakkah ingat tetes keringat darah airmata mereka.
  • "Kata Rajawali TV” Molor itu Indonesia banget.
  • "Menurut Tatang Sutarman” kata molor itu ngga ada dalam kamusnya, berarti kamusnya ngga lengkap.
Setelah semuanya terlihat berkumpul, kamipun mulai meninggalkan kampung tercinta.

15.30 : Start @Dusun Ngembong

Jarak dari Ngembong menuju Ngringin kurang lebih 15-20 menit perjalanan, baik menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Medan perjalanan menuju lokasi lumayan ekstrim, hal tersebut dirasakan setelah memasuki dusun Susukan, tebing yang cukup dalam tampak di salah satu sisi jalan menuju Ngringin. Hal tersebut diperparah dengan kondisi jalan cor yang tampak tidak terawat, dengan lubang menganga di beberapa tempat, ditambah lagi dengan jalan yang berkelok-kelok, sehingga menyulitkan pengendara untuk melewatinya. Ya begitulah kondisinya, Indonesia banget.

Tempat penitipan kendaraan belum ada, dikarenakan memang G. Tretes belum dikelola dinas terkait sebagai obyek wisata. Tapi jangan khawatir, masyarakat Ngringin sangat welcome terhadap para pendatang. Mereka memberikan rumahnya atau pekarangannya untuk dijadikan tempat parkiran secara cuma-cuma alias gratis. Akan tetapi alangkah terpujinya apabila kita memberikan bingkisan ataupun sembako sebagai penghargaan atas keramah tamahan mereka. Pada waktu itu kami menitipkan motor kami di rumah Ibu Ani, yaitu kepala dusun setempat. Sosok Ibu sekaligus pemimpin yang pekerja keras dan penuh dedikasi terhadap keluarga dan lingkungannya.

Jarum pendek jam menunjukkan tepat di angka 4, sedangkan jarum panjang menunjukkan di angka 3, itulah waktu keberangkatan kami dari kaki G. Tretes jalur pendakian I. Di awal pendakian kami disambut dengan batu besar dengan pohon bambu yang rimbun di salah satu sisinya, yang mengharuskan kami membungkukkan badan untuk melewatinya. G. Tretes sebenarnya sudah akrab di telinga kami, tua, muda bahkan anak kecil, tidak sedikit yang berhasil mencapai puncaknya. Tidak sedikit dari kami yang sudah pernah sampai di puncaknya. Pada masa jayanya G. Tretes sering didaki oleh berbagai kalangan, baik organisasi pemuda, forum TPQ, sekolah-sekolah, ataupun instansi pemerintah lainnya.

16.15 : Start @ Dusun Ngringin




Read more ...

Ekspedisi Gunung Tretes

Ekspedisi Gunung “TRETES”
Disanalah Kami Bermula

@Puncak Gunung Tretes

Part I

Sabtu, 23 Agustus 2014, di sanalah kami bermula. Setelah melalui perencanaan yang matang, PERISAI Ngembong mengirimkan tim ekspedisi ke gunung Tretes. Genap 10 orang kami berangkat bersama menggunakan kendaraan bermotor, dari dusun Ngembong menuju dusun Ngringin yang merupakan dusun terakhir di kaki G. Tretes. Jalur pendakian yang kami lewati, kami menyebutnya jalur 1 atau jalur utama dengan sebutan Jalapenger (Jalur Pendakian Ngringin), karena banyak pendaki yang lebih suka melalui jalur ini. Pendakian ke G. Tretes kami bagi menjadi 3 wilayah jalur pendakian:
  1. Jalur I (Jalapenger) : Krisak – Ngembong – Susukan – Ngringin – G. Tretes
  2. Jalur II (Jalapepo) : Krisak – Ngembong – Melikan – Popok – G. Tretes
  3. Jalur III (Jalapeman) : Melalui daerah di kecamatan Manyaran Wonogiri
Gunung Tretes terletak di dusun Ngringin, desa Keloran, kecamatan Selogiri, kabupaten Wonogiri. Dinamakan Tretes karena terdapat sumber air yang selalu menetes tes tes tiada hentinya. Jalur pendakian I, kami membaginya menjadi 3 titik tempat peristirahatan:
  1. Pos I : Pos Sumber Air Sudah Dekat
  2. Pos II  : Pos Bebatuan Lapang
  3. Pos III : Pos Air Tretes dan Goa
Tidak banyak orang yang tahu akan keberadaannya, dikarenakan masih alami dan juga hanya pegunungan biasa yang dapat di tempuh dalam waktu sekitar 1-2 jam dari perkampungan terkahir. Faktor tersebutlah yang menyebabkan G. Tretes tidak masuk dalam list ekspedisi para pendaki. Tapi jangan salah, masalah menantang adrenalin G. Tretes tidak kalah dengan Mahamerunya film 5 cm.

"..Kaki yang akan menghentak bumi lebih dalam dari biasanya,..
Tangan yang akan menggaruk lebih sering dari biasanya,..
Leher yang akan lebih banyak memakai koyo’ dari biasanya,..
Lapisan tekad yang seribu rupiahpun kami ngga bawa,..
dan Hati-hati dijalan adalah pesan emak yang teramat berharga,..
serta Mulut yang tidak henti-hentinya berdo’a,..
Ya Rabb andai aku tidak ikut bersama mereeka.."

Tim ekspedisi ke Gunung Tretes, 23-24 Agustus 2014:
  1. Andre sebagai Leader
  2. Tritisno sebagai Si Jenius 1 alias Alay 1
  3. Surya sebagai Si Jenius 2 alias Alay 2
  4.  Ajiesebagai Si Penyamun
  5. Galang sebagai Si Anak Singkong
  6. Gilang sebagai Si Koki
  7. Taufickk sebagai Si Anak Pantai
  8. Dwi Setyo sebagai Si Penyabar
  9. Didik Zanki sebagai Penggenap, dan
  10. Anang Januar sebagai Photographer kami dan Si Penebar Pesona, katanya
Bagimana serunya perjalanan kami, berikut kisah menariknya..
Read more ...
Designed By Yudha Candra A